Kriptografi Modern yang Ekonomis
Akhirnya saya diberikan kesempatan untuk kembali posting di blog setelah
sekian lama bergelut dengan skripsi. Kali ini saya akan memposting
tentang penelitian saya, yang bisa diaplikasikan untuk menjaga keamanan
data. Kalau untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,ya mudahnya
untuk menyandikan file-file yang dirahasiakan.
Kenapa tidak menggunakan perangkat lunak saja yang bisa dengan mudah di
download lewat internet? Jawabannya cukup mudah, teknologi kriptografi
yang saya jadikan sebagai bahan penelitian saya untuk tugas akhir ini
adalah dengan menggunakan perangkat keras. Perangkat keras memiliki
kelebihan dibandingkan perangkat lunak dalam pemrosesan suatu perintah
dalam hal efisiensi waktu. Dengan menggunkan perangkat lunak yang ada
pada komputer, tentu saja kinerjanya akan dipengaruhi juga oleh kinerja
komputer yang digunakan. Selain itu, prosessor tidak hanya membagi
kinerja dan memori untuk proses kriptografi, tapi juga untuk tampilan
dll.
Tapi hardware kriptografi yang ada di pasaran saat ini memang terbilang
mahal, sebut saja salah satunya adlah Crypto Toolkit milik Stiftung
Secure Information and Communication Technologies SIC. Kalau masih
penasaran, bisa lihat price listnya di link ini.
Selain mahal, perangkat keras kriptografi bersifat permanen, maksudnya
jika kita sudah menanamkan program ke dalamnya, maka jika terjadi
kesalahan atau bila kita ingin melakukan pengeditan, misal pada kunci
sandinya, maka hal tersebut tidak bisa dilakukan kecuali pada perangkat
lunak. Maka perangkat keras yang saya gunakan adalah perangkat keras
yang bisa diubah atau diprogram ulang, yang disebut dengan FPGA (Field
Programmable Gate Array).
Tapi sebelum membahas lebih lanjut, pada artikel ini saya akan membahas
terlebih dahulu tentang apa itu sistem kriptografi.
Sejarah Kriptografi
Sejak
4000 tahun lalu kriptografi telah dikenal oleh orang-orang Mesir lewat hieroglyph
walaupun bukan dalam bentuk tulisan standard. Mereka juga menggunakan
kriptografi untuk mengirim pesan ke pasukan yang
berada di medan
perang dan agar pesan tersebut tidak terbaca oleh pihak musuh walaupun
pembawa pesan tersebut tertangkap oleh musuh.
Pada zaman
Romawi kuno, ketika Julius Caesar ingin mengirimkan pesan
rahasia pada seorang Jendral di medan perang. Pesan tersebut harus
dikirimkan melalui seorang prajurit, tetapi karena pesan tersebut
mengandung rahasia, Julius Caesar tidak ingin pesan tersebut terbuka di
tengah jalan. Di sini Julius Caesar memikirkan bagaimana mengatasinya
yaitu dengan mengacak isi pesan tersebut menjadi suatu pesan yang tidak
dapat dipahami oleh siapapun kecuali hanya dapat dipahami oleh
Jendralnya saja. Tentu sang Jendral telah diberi tahu sebelumnya
bagaimana cara membaca pesan yang teracak tersebut, karena telah
mengetahui kuncinya [1]. Julius
Caesar mengirimkan pesan rahasia kepada panglima perang di medan perang
dengan mengganti semua susunan alfabet dari: a b c d e f g h i j k l m n
o p q r s t u v w x y z, menjadi: d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
w x y z a b c [2].
Nah,
untuk mencobanya, silahkan pecahkan misteri ini:
![]() |
taken from http://www.lbpost.com/life/2000000360-the-organized-mind-caesar-cipher#.USQ5n1eTUcs |
Kriptografi
(cryptography) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata
yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya menyembunyikan, sedangkan
graphia artinya tulisan. Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari
teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan
informasi, seperti kerahasiaan data, keabsahan data, integritas data,
serta autentikasi data [3] .
Dalam proses pengiriman suatu informasi dari pengirim ke penerima memungkinkan informasi tersebut akan disadap oleh pihak lain yang kemudian akan mengetahui isi dari informasi tersebut. Karena teknik untuk mencegah penyadapan merupakan teknik yang sulit dilakukan, maka salah satu cara yang dilakukan agar informasi tersebut tetap terjaga kerahasiannya adalah dengan
melalui teknik kriptografi. Teknik kriptografi terdiri dari dua bagian, yaitu enkripsi dan dekripsi. Pada proses enkripsi, informasi yang akan dikirim diubah menjadi suatu kode-kode acak yang
tidak dapat dimengerti, sehingga pihak lain yang walaupun dapat menyadap, namun tidak dapat mengerti isi dari informasi tersebut. Dalam kriptografi, informasi asli yang belum mengalami proses enkripsi diistilahkan dengan plainteks, sementara hasil dari proses enkripsi disebut dengan cipherteks. Pada proses dekripsi, cipherteks akan diproses kembali sehingga menjadi plainteks. Dalam kedua proses tersebut, diperlukan suatu mekanisme dan kunci tertentu.
Dalam proses pengiriman suatu informasi dari pengirim ke penerima memungkinkan informasi tersebut akan disadap oleh pihak lain yang kemudian akan mengetahui isi dari informasi tersebut. Karena teknik untuk mencegah penyadapan merupakan teknik yang sulit dilakukan, maka salah satu cara yang dilakukan agar informasi tersebut tetap terjaga kerahasiannya adalah dengan
melalui teknik kriptografi. Teknik kriptografi terdiri dari dua bagian, yaitu enkripsi dan dekripsi. Pada proses enkripsi, informasi yang akan dikirim diubah menjadi suatu kode-kode acak yang
tidak dapat dimengerti, sehingga pihak lain yang walaupun dapat menyadap, namun tidak dapat mengerti isi dari informasi tersebut. Dalam kriptografi, informasi asli yang belum mengalami proses enkripsi diistilahkan dengan plainteks, sementara hasil dari proses enkripsi disebut dengan cipherteks. Pada proses dekripsi, cipherteks akan diproses kembali sehingga menjadi plainteks. Dalam kedua proses tersebut, diperlukan suatu mekanisme dan kunci tertentu.
Mekanisme yang dilakukan dalam proses kriptografi salah satunya dengan
menggunakan algoritma. Algoritma tersebut dapat dibedakan berdasarkan
kesamaan kuncinya, yaitu kunci simetris dan asimetris. Pada algoritma
kunci simetris, kunci yang digunakan dalam proses enkripsi maupun
dekripsi adalah sama, sementara pada algoritma asimetris, kunci yang
digunakan berbeda dalam
proses enkripsi maupun dekripsi. Gambar di bawah ini menjelaskan perbedaan antara kriptografi kunci simetis dengan algoritma kunci asimetris.
proses enkripsi maupun dekripsi. Gambar di bawah ini menjelaskan perbedaan antara kriptografi kunci simetis dengan algoritma kunci asimetris.
![]() |
taken from http://www.codeproject.com/Articles/15280/Cryptography-101-for-the-NET-Framework |
Selain dibedakan berdasarkan kesamaan kuncinya, algoritma kriptografi
juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah data yang diproses dan alur
pengolahan datanya menjadi block cipher dan stream cipher. Pada
algoritma block cipher, informasi yang akan dienkripsi dibagi menjadi
beberapa blok-blok dengan ukuran bit-bit tertentu. Sedangkan pada stream
cipher, informasi dienkripsi persatuan data.
![]() |
taken from http://www.denimgroup.com/know_artic_cryptographic.html |
Pembahasan tentang kriptografi cukup sampai di sini, pada postingan
berikutnya akan saya jabarkan tentang apa itu FPGA.
[1] https://docs.google.com/document/d/1lBtJDoXy1rcLmYtj-U39NleGgu_G0PeLuFfjHe6HLzk/edit
[2] http://ilmu-kriptografi.blogspot.com/2009/05/sejarah-kriptografi.html
[3] A. Menezes, P. van, Oorschot, and S. Vanstone, “Handbook of Applied Cryptography,” Book Handbook of Applied Cryptography, Series Handbook of Applied Cryptography, ed., Editor ed.^eds., CRC Press, 1996, pp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar